Pertukaran Mahasiswa Merdeka
Pada awal bulan agustus, setelah proses panjang yang akhirnya memberangkatkan saya ke Yogyakarta untuk memulai perjalanan pertama dalam mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Batch 2. Pada program kali ini saya dapat kesempatan untuk dapat berangkat ke Yogyakarta dan menempuh pendidika selama satu semester di Universitas Gadjah Mada. Tentunya hal ini membuat saya sangat senang, selain belajar di sana nantinya saya juga akan mengikuti salah satu kegiatan bernama Modul Nusantara.
Apa itu Modul Nusantara?
Modul Nusantara merupakan salah satu kegiatan wajib yang ada pada Program Pertukaran Mahasiswa(PMM), dimana dalam kegiatan ini nantinya mahasiswa akan diajak untuk belajar mengenai budaya, adat dan juga wilayah tempat tujuan mahasiswa belajar. Selain mahasiswa mengenal budaya dan adat melalui kegiatan modul nusantara ini, nantinya mahasiswa akan dapat pengakuan SKS yang dapat dikonversi ke mata kuliah di kampus asal. Banyak dari teman-teman yang mengikuti PMM mengkonversi modul nusantara ini ke mata kuliah Magang, KKN(Kuliah Kerja Nyata) dan lain-lain.
Kotagede, tujuan kegiatan modul nusantara kami yang pertama
Pada kegiatan pertama di modul nusantara kami, kami berkesempatan untuk dapat mengunjungi salah satu desa yang bersejarah dan sekarang terkenal dengan Kerajinan Perak-nya. Kotagede ini dulunya merupakan sebuah bagian dari kerajaan Mataram yang berbentuk sebuah hutan bernama alas Mentaok. Hutan ini pada awalnya adalah hadiah pemberian dari seorang raja Sultan Pajang kepada Panembahan Senopati karena berjasa menyelamatkan kerajaan Pajang pada masa itu. Kemudian dari hadiah ini Panembahan Senopati berencana untuk mengubahnya menjadi sebuah hunian.
Sebelum mendirikan sebuah hunian, Panembahan Senopati meminta pendapat kepada sunan Kalijaga yang mana Panembahan Senopati merupakan salah satu murid dari Sunan Kalijaga. Kemudian sunan kalijaga memberikan saran untuk mencari sebuah pohon beringin yang dulunya beliau tanam untuk menjadi titik awal pembuatan hunian dan juga sebagai tempat istirahat sementara bagi Panembahan Senopati. Dalam perjalanannya dari surakarta ke hutan mentaok, Panembahan Senopati bersama rombongannya menyempatkan untuk beristirahat ke daerah Prambanan. Seperti yang kita ketahui daerah Prambanan banyak didominasi oleh umat Hindu. Dalam waktu istirahatnya, Panembahan Senopati banyak berdialog dan berdiskusi dengan masyarakat setempat dan memberitahu bahwa beliau ingin membuat sebuah hunian di hutan mentaok. Mendengar hal tersebut banyak masyarakat prambanan tertarik untuk ikut perjalanan menuju hutan mentaok guna mendirikan sebuah hunian.
Pada akhirnya rombongan yang tadinya hanya berisikan Panembahan Senopati dan pengikutnya yang beraga Islam, kini bertambah dengan umat Hindu yang merupakan masyarakat dari sekitar pramabanan. Setelah sampai di hutan mentaok, panembahan senopati memerintahkan untuk bersana-sama mencari pohon beringin yang disebut oleh sunan kalijaga untuk menjadi titik awal pembangunan. Mereka pun berpencar untuk mencari phon tersebut. Setelah ditemukan, panembahan senopati mulai mendirikan sebuah hunian yang dimulai dari tempat tinggal. Seiring berjalannya waktu daerah tersebut menjadi hunian yang besar.
Sebagai pemegang kuasa penuh, panembahan senopati akhirnya diangkat menjadi raja dan mendirikan sebuah kerajaan Mataram. Dari kerajaan ini panembahan senopati mendirikan 4 bangunan utama, yaitu kraton, masjid, alun-alun dan pasar. Ke empat bangunan tadi menjadi identitas dari kerajaan mataram yang disebut Catur Gatra Tunggal yang mana memiliki arti “kesatuan dari empat susunan”.
Proses pendirian Masjid yang menarik
Seperti yang kita ketahui diawal, panembahan senopati merupakan murid dari sunan kalijaga yang merupakan penyiar agama islam di pulau jawa. Oleh karena itu panembahans senopati mendirikan sebuah tempat ibadah berupa Masjis, yang saat ini dikenal dengan Masjid Gede Mataram. Dalam pembangunan masjid tersebut selain bernuan islam masjid tersebut juga memiliki nuansa Hindu. Hal ini karena dalam proses pembangunan masjid umat hindu dan umat islam bekerja sama dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Panembahan senopati membagi tugas untuk umat hindu agar membuat sebuah pintu gerbang atau yang nantinya dikenal dengan gapura dan umat islam diberi tugas untuk membangun ruang utama masjid. Oleh karena itu di Masjid Gede Mataram memiliki pintu masuk yang bernuansa Hindu berbentuk seperti Candi.
Kerajinan Perak
Saat ini maysarakat Kotagede menjadi salah satu penghasil kerajinan perak yang cukup terkenal. Para pengrajin perak di daerah ini biasanya menghasilkan perak sesuai dengan kebutuhan para konsumen. Bahkan hasil dari kerajinan masyarkat disini tidak hanya tampil di Indonesia saja akan tetapi juga ke mancanegara seperti Cina, Singapura dan masih banyak lagi. Salah satu pengrajin mengatakan bahwa keterampilan ini diperoleh secara turun-menurun. Tidak heran jika masyarakat disini memiliki tangan yang terampil dalam mengolah perak. Harga dari kerajinan perak disini juga tergolong murah, harga juga akan menyesuaikan dengan permintaan konsumen tentang perak yang ingin diolah. Hasil dari karya kerajinan tidak hanya perhiasan tetapi juga jenis karya lain seperti pajangan dinding, patung, miniatur dan lain-lain.